
Eid Mubarak 2023

Minal Aidin Wal Faidzin; mohon maaf lahir dan bathin aku ucapkan untuk seluruh pembaca blog aku ini. Terkadang ada salah-salah kata yang terucap dan tidak sengaja terucap oleh bibir ini, maka mohon dimaafkan. Seorang penulis pun terkadang lupa bahwa mereka juga hanya manusia biasa yang punya banyak dosa dan kesalahan. Terkadang pun berprofesi menjadi penulis itu diharuskan untuk menciptakan sebuah karakter; yang entah karakter visual itu mirip seseorang di dunia nyata sang penulis itu sendiri atau tokoh fantasi hasil imajinasinya sendiri. Ketika mereka menciptakan sebuah karakter visual yang menyerupai manusia di kehidupan nyata, maka di situlah sang penulis merasa bahwa ia harus meminta ijin sekaligus meminta maaf jika suatu ketika avatar tersebut harus mengalami kehidupan yang bertolak belakang dengan kehidupan asli sang avatar aslinya—yang tidak sesuai dengan kenyataan—di sinilah sang penulis harus rela merendahkan harga dirinya dipersalahkan atas sesuatu yang menjadi pekerjaannya. Maka, hanya akan ada kata ‘maaf’ yang akan terucap. Manusia bisa berubah kapan saja.
Aku seolah merasa seperti ada yang hampa setiap kali Idul Fitri—terutama saat aku sudah tidak lagi bersama dengan mereka; orang-orang penuh intrik dan kepalsuan tapi membuatku merindu. Mungkin memang benar bahwa sesuatu akan terasa lebih bermakna saat kau sudah tidak ada bersamanya. That’s true!
Kehilanganku ini memang bukan hanya karena satu atau dua sebab saja, meski memang ada sesuatu yang sungguh sangat penting yang tidak bisa lagi kutolerir—di luar semua yang kurindukan. Mungkin sudah pernah kubahas mengenai hal ini dan segala apapun yang membuatku akhirnya menyerah pada sebuah keadaan dan posisiku yang sungguh sulit; demi menyelamatkan semua pihak, maka aku memang harus dengan sangat terpaksa meninggalkan semuanya. Termasuk, apa yang membuatku bisa bertahan selama itu disana—sampai kurang lebih sepuluh tahun lamanya.
Ketika sesuatu yang sudah seharusnya berlalu, aku memang tidak bisa melakukan apapun atau menentang apapun. Aku hanya seorang filosofis yang tidak ingin sekalipun berurusan dengan sesuatu yang tidak ada gunanya jika aku terus-menerus berada dalam sebuah ‘sangkar emas’. Aku harus keluar dari zona nyaman itu demi meraih sesuatu yang lain yang lebih besar. Bukankah sesuatu bisa dapat tercapai jika kau bisa terlepas dari apa yang kau sebut dengan kenyamanan?—karena memang hidup itu keras; apa artinya dunia yang kau sebut keras jika kau sendiri hanya berdiam diri dalam ‘rumah nyaman’ mu tanpa melakukan apapun yang sekilas terlihat seperti menantang maut?
Sekali lagi, aku hanya seorang filosofis yang hanya ingin mengutarakan isi hatiku dengan sedikit mendorong pemikiran kalian tentang bagaimana cara dunia di sekelilingmu bekerja. Happy Eid Mubarak 2023!!

