Activity,  blogging,  daily

Crucial Three Months

Aku tak percaya bahwa hidupku harus bergantung pada rentetan waktu yang tidak jelas ini—setidaknya selama tiga bulan ini aku seolah dibuat bingung dengan peraturan yang seolah tidak mendukungku—dan aku baru bisa menuliskannya sekarang. Entah kenapa banyak sekali rentetan peristiwa aneh dan misterius yang seolah memaksaku untuk melakukan serta membuat sebuah keputusan diluar dugaan yang sama sekali tak pernah kupikirkan sebelumnya. Memang, sejak dulu memang peraturan itu dibuat untuk tidak akan pro dengan diriku. (Peraturan apa yang aku maksud tentunya harus baca dulu isi tulisan ini dulu, hihi..). Yang jelas, aku sungguh sangat merasa tidak nyaman dengan apa yang terjadi pada diriku beberapa tahun belakangan ini. Jika saja, bukan karena satu dan lain hal yang memang tidak lagi bisa ditolerir olehku dengan alasan apapun untuk bertahan. Inilah kisahku.

Ucapan tulus rasa syukurku atas semua pemberian Allah SWT beberapa tahun lalu itu mungkin tak lagi berlaku bagi kehidupanku yang seperti sekarang ini. Toh, aku masih tetap bersyukur dengan apa yang aku dapatkan atas semua jerih payah dan doa yang selalu kupanjatkan. Namun, ada sesuatu yang tidak kusadari. Dunia ternyata lebih kejam dari apa yang pernah kubayangkan sebelumnya. Tak hanya kejam, pada kenyataannya hidupku hancur lebur dibuatnya. Mungkin mudah bagi sebagian orang membangun sebuah pondasi hidup yang kokoh dan antibadai. Tapi, tidak bagiku. Susah payah aku membangun pondasi demi pondasi ini agar hidupku bisa berdiri dengan tegak sempurna—meski bagi sebagian orang hal seperti ini hanya dianggap sepele dan terkesan menggampangkan.

Keinginan ini sebenarnya sudah lama sekali kupendam dan sesegera mungkin ingin ku realisasikan—keinginan untuk meninggalkan apa yang ingin kutinggalkan. Sebuah keinginan untuk terlepas dari segala beban dan perasaan tertekan serta intimidasi yang tidak pada tempatnya. Mungkin aku terlalu bodoh untuk membiarkan diriku terlalu lama berkutat dengan hal-hal seperti itu, sehingga aku tidak sadar bahwa perlakuan itulah yang membuatku tidak bisa berkembang dan menghambat keinginanku untuk menjadi pribadi yang independen.

Kemudian, sebuah peristiwa yang sebenarnya sungguh sangat tidak kuinginkan untuk terjadi, malah menjadi sebuah jalan keluar untuk semua permasalahan yang bahkan aku sendiri pada awalnya tidak tahu bagaimana cara mengakhirinya. Ketika buah hatimu sakit dan membutuhkanmu untuk selalu berada di sisinya selama 24 jam nonstop, lantas apa yang akan kau lakukan? Tentunya, kau akan melakukan apapun demi kesembuhannya, bukan?—yaahh, setidaknya itulah yang terjadi padaku. Ketika aku tak tahu apa yang harus aku korbankan demi memantau kesehatan dan kesembuhan anakku, maka satu-satunya jalan adalah melepaskan pekerjaan yang selama ini telah memberiku kehidupan—meski tidak seperti yang kuimpikan. Meski terasa berat, namun begitu banyak sekali pertimbangan yang muncul di benakku, yang pada akhirnya tak ada satu pun alasan yang memberatkanku untuk melakukan itu. Segala impianku hancur dan waktuku telah habis selama sepuluh tahun untuk sesuatu yang sungguh tidak pasti—meski aku tahu, hanya ada satu alasan yang masih bisa membuatku bertahan; setidaknya lima tahun belakangan.

That name… —yang pada akhirnya pun, aku hanya bertahan bukan karena impian akan kesuksesan diri, namun aku bertahan karena rasa.

Tapi, aku toh tetap memaksakan diri untuk melepaskan semua yang kupikir telah membebaniku—dengan satu pengecualian itu—dengan tanpa alasan lagi. Ini adalah momen-momen krusial sepanjang sejarah perjalanan hidupku. It’s okay, aku memberanikan diri untuk survive tanpa gaji yang tidak seberapa itu demi anakku yang sakit. Mungkin Tuhan akan memberikan jalan lain yang lebih baik bagiku dan keluargaku. Di satu sisi aku harus merelakan sesuatu yang selama ini sungguh sangat berharga dalam hidupku, tapi di sisi lain jika aku terus bertahan, maka aku dan keluargaku yang akan kehilangan buah hati tercinta yang merupakan cikal bakal kehidupan masa depanku.

There will never be an easy choice..

Dan, aku hanya bisa bernegosiasi dengan waktu dan keadaan untuk semuanya.

Fortunately, Tuhan masih memberiku kesempatan untuk bisa meraih apa yang ingin kuraih tanpa harus kehilangan apa yang seharusnya menjadi milikku.

—Unknown

Kendati, aku tak lantas bersenang hati karena masih banyak yang harus aku lakukan di depan—terutama adalah kesembuhan buah hatiku dulu. Namun, aku cukup bisa merasa tenang karena aku sudah mengantongi ridha Tuhan untuk melakukan ini semua. Aku toh tidak peduli dengan apa yang dikatakan orang tentang diriku. Seolah aku tidak memiliki mata dan telinga, aku akan tetap fokus dengan apa yang kulakukan demi masa depanku dan keluarga kecilku.

Pun, aku telah banyak mengalami nasib buruk—seburuk-buruknya hidup sampai-sampai aku tidak bisa berkutik dan tidak ada satu pun jalan keluar—telah banyak ditempa dalam ‘medan pertempuran’ yang luar biasa hebat, lalu entah apa lagi.

Maka, jika ada orang lain yang dengan kejam berkata bahwa aku lebay (berlebihan) dan atau bahwa life is simple enough!?it’s okay! That’s your choice!—(seperti someone yang berkirim komentar pedas pada salah satu postinganku; yang entah siapa)—manusia menjalani hidupnya sendiri-sendiri. Jangan samakan dengan kehidupanmu yang mungkin saja lempeng-lempeng terus tanpa kendala. Atau, mungkin saja memang berliku tapi kamu sok cuek dengan apa yang terjadi. Hellowww, kamu hidup bermasyarakat; hidup dengan manusia, bukan dengan hewan. Aku sebenarnya tidak terlalu memedulikan bagaimana anggapan orang terhadap hidupku. Hanya saja, mungkin aku harus sedikit membiasakan untuk pengendalian diri ketika harus menghadapi kata-kata pedas seperti itu. 

Mungkin, memang aku harus pergi dengan tanpa pesan apapun dan melanjutkan hidupku. Life must be go on, right? Yang jelas, aku sudah mengantongi sesuatu yang bisa membuatku tenang. At least, untuk beberapa dekade ke depan aku masih tetap pada apa yang kuyakini benar, meski seharusnya tidak pada tempatnya. Setidaknya, aku bisa pergi dan terbebas dari semua yang membebaniku. 

 

2 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Please, do not copy!!