The Truth of Love

Apakah ada saatnya dimana cinta itu salah? Jika iya, seperti apa bentuknya? Kurasa, tak pernah ada cinta yang salah, yang salah hanyalah waktu yang datang disaat cinta itu ada dan bertahta. Jangan pernah menyalahkan cinta saat kau sendiri sadar bahwa kau menjalinnya disaat yang tidak benar. Tapi, apakah memang benar, kau mau saja disalahkan atas sebuah perasaan yang kau sendiri tidak bisa mengendalikannya? Tentu saja tidak.

Sebenarnya apa tujuan menjalin kasih—jika hanya perasaan luka yang kau dapat? Toh, aku tidak peduli jika memang hanya perasaan luka yang kudapat, setidaknya aku masih mendapatkan sisa-sisa waktunya. Terlalu beratkah permintaanku? Kelihatannya saja diluar aku terlihat tegar, namun di dalam aku hancur lebur; yang entah sudah tak berbentuk lagi.

Ini hanya karena ‘dengar-dengar’ saja, lantas bagaimana jika memang benar-benar terjadi? Bagaimana?—bagaimana jika aku tidak baik-baik saja? Bagaimana jika memang benar ia akan menikah dalam waktu dekat ini? Ini pun rasanya aku tidak ingin melakukan apapun, bahkan makan pun rasanya aku malas. Apa yang harus aku lakukan? Tuhan, bantu aku untuk ikhlas berserah diri untuk semua ini. Yakinkan hatiku bahwa berserah diri bukan berarti aku kalah.

Meski pada kenyataannya, dia yang telah membuatku bisa menuliskan kisah nyata menjadi sebuah kisah inspiratif, tapi luka yang ditorehkannya lebih dari itu semua—lebih dari apa yang kutuliskan; yang akhirnya membuat rasa cinta ini semakin mendarahdaging dalam diriku. Lalu, itu salah siapa? Dia melukaiku, tapi secara tidak langsung ia juga yang telah membuat cinta ini semakin tumbuh subur. Aku takut jikalau aku terinfeksi sebuah penyakit kejiwaan karena cinta yang kurasakan ini—karena aku sama sekali tidak kuasa membendungnya.

Tuhan, jika memang aku tidak berjodoh dengannya di dunia, maka izinkan aku untuk berjodoh dengannya di akhirat nanti…

-my mind