daily,  hidup,  pekerjaan,  pribadi,  Real Story

Meniti Hidup dalam Online Novelist

Roda kehidupan takkan pernah berhenti sebelum kehidupan manusia itu berakhir. Benar begitu, kan? Selama apapun kita hidup, maka kehidupan itu pun akan tetap bergulir. Dan, seiring dengan itu semua, ada kehidupan ekonomi yang juga tetap menjadi primadona utama sebuah kehidupan insan manusia. Takkan ada satu pun manusia yang mampu bertahan tanpa asupan nutrisi selama berhari-hari.

Seperti yang kita ketahui, bahwa beras adalah menjadi makanan utama manusia yang hidup di daerah seperti Indonesia. Buat aku pribadi, makan itu tidak terlalu penting—karena udah pernah sekali waktu aku sekeluarga tidak bisa makan. Jika seandainya saja kamu menjadi seperti apa yang aku rasakan sekarang, bahkan membeli beras saja terkadang masih ‘senin-kamis’, mungkin tidak akan sanggup, kan? ‘Senin-Kamis’ artinya, aku kadang bisa makan kadang tidak—semuanya tergantung pada keberadaan ekonomi yang aku miliki. Padahal, makan itu bukan sebuah kewajiban tapi keharusan, jika masih ingin melanjutkan hidup. Nyatanya, ada dari segelintir orang yang hidup di bumi Indonesia ini yang masih tidak bisa makan. Yaa, palingan saja kalau aku berbicara terus terang; cerita kesana-kemari toh tak ada yang percaya. Dan, bahkan bisa kutebak, beberapa diantaranya akan mencemooh dan berkata, “Lhohh kok bisa gitu? Emang uangmu kamu kemanakan?”

Begitulah.

Padahal, apa yang kutulis disini—di blog milikku ini—semuanya asli; based on true story. Jika memang ada tulisanku yang berupa artikel, itu pun berdasarkan pengamatan dan hasil jurnalistikku sendiri. Tak ada yang kutambah atau pun kukurangi. Jikalau memang aku menulis sebuah cerita fiktif, semuanya sudah kuramu menjadi sebuah novel—yang kesemua karyaku bisa dibaca di platform ini. Sungguh pun, aku menulis sebuah cerita fiktif, beberapa diantaranya pun juga berdasarkan kisah nyata kehidupan pribadiku; yang sudah ku desain sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah novel yang enak dibaca.

Ilustrasi Novel Online

Aku memang belum juga menyerah dalam mengarungi hidup yang kejam dan tanpa keadilan ini. Tidak. Setidaknya, aku masih memiliki kemampuan untuk menulis sebuah karya sastra. Karya yang bisa kubuat dan ku modifikasi sesuka hatiku. Oleh sebab itu, jika aku menuliskan sebuah karya yang berdasarkan kisah nyata, maka takkan ada siapapun yang akan menyadarinya.

Kemampuan meramu sebuah karya sastra ini sebenarnya sudah kumiliki sejak aku masih duduk di bangku SMP—mungkin saat itu usiaku masih empatbelas tahun. Aku memang bercita-cita ingin menjadi penulis besar, namun impian itu terpaksa harus kutunda dan menunggu selama puluhan tahun, sampai akhirnya aku menemukan platform yang mumpuni itu. Platform Fizzo yang tadi aku sebut telah memberikan banyak pengalaman berharga; dimana jika kau menjadi seorang kreator penulis—dalam hal ini adalah yang ada dalam bagian platform di Fizzo—maka usahamu sebagai seorang penulis akan dihargai di setiap bab atau ruas buku yang kalian tulis. Dan, sebagai penulis ataupun pembaca, apresiasi kalian akan tetap dihargai.

Logo Fizzo Novel

Ternyata memang sangat banyak sekali platform-platform tempat para penulis novel online ini untuk bisa mengembangkan dan menuangkan bakat menulisnya. Selama ini setahuku hanya wattpad dan storial.co saja. Tapi, dari sekian banyak platform itu, aku lebih suka menuliskan karyaku di Fizzo, sih. Karena apa? Karena di Fizzo, selain karya kita dihargai dengan upah dalam bentuk dollar, si penulis juga bisa mengajukan kontrak eksklusif untuk cerita yang ditulisnya. Dan, apabila kontrak tersebut disetujui, maka bayaran yang akan didapat oleh si penulis pun juga akan semakin banyak.

Jadi, jangan ragu atau merasa minder dengan tulisan kalian sendiri. Kalau jaman dulu banyak penulis berbakat yang tidak dihargai karyanya oleh para penerbit, maka sekarang giliran kita sendiri yang akan menghargai karya yang kita ciptakan sendiri dengan rajin update tulisan dan menyelesaikan tulisan tersebut hingga tamat. Menurutku, hanya itu sih kuncinya—menyelesaikan tulisan. Karena, menjadi seorang penulis adalah impian, dan raihlah impian itu sebisa yang kalian mampu.

Pilihan kita lah yang menunjukkan siapa kita sebenarnya. Jauh melebihi kemampuan kita.

—J. K. Rowling (Harry Potter and The Chamber of Secrets)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Please, do not copy!!