Activity,  blogging,  hidup,  kisah,  pekerjaan,  Real Story

Self Healing

Manusia sejatinya adalah makhluk heterogen yang dalam kamus besar Bahasa Indonesia berarti memiliki sifat dan karakter yang berlainan dan beragam. Karenanya, tidak etis rasanya jika menuntut manusia lain agar memiliki pemikiran yang sama dengan apa yang kita pikirkan. Bahkan, manusia yang ditakdirkan terlahir kembar pun memiliki perbedaan di salah satu sisi dirinya.

Oleh karena manusia memiliki perbedaan yang unik antara manusia yang satu dengan lainnya, maka bisa dipasatikan bahwa permasalahan untuk tiap-tiap dari mereka pun berbeda-beda. Ada masing-masing emosi dalam tiap diri manusia itu yang kadar persentasenya tidak bisa diukur dengan mata telanjang.

Karena emosi inilah yang akhirnya ketika manusia memiliki permasalahan tertentu, maka mereka akan berurusan dengan yang namanya self healing.

Self healing sendiri secara garis besar bisa diartikan sebagai proses penyembuhan diri sendiri karena sebuah luka tertentu, yang mungkin bisa saja teramat dalam.

Bagiku, self healing sangatlah penting karena itu adalah sebuah proses untuk bisa memaafkan diri sendiri. Memaafkan dari apa yang sembilan puluh persen telah kita lakukan dengan atau tanpa kita sadar dan sadari—sementara sepuluh persennya adalah sesuatu yang datang kepada kita; menimpa kehidupan kita, yang akhirnya mendatangkan trauma yang berkepanjangan.

Untuk self healing yang sedang aku lakukan sekarang adalah lebih karena sesuatu yang tentunya siapapun pastinya tidak ingin mengalaminya—bahkan jika boleh memilih aku pun tidak ingin melakukannya dan berada di titik seperti ini.

Gambar Ilustrasi dari Self Healing

Hanya karena terpaksa dan terkadang kau juga pernah berada dalam keadaan dimana kau having no choice. Manusia adalah makhluk yang penuh dengan pilihan dalam hidupnya; terkadang pun kau merasa stuck dengan suatu keadaan yang sungguh-sungguh memaksa sehingga kau mau tidak mau harus menjalaninya dengan beribu resiko yang mungkin dengan seribu persen akan kau tanggung. Konsekuensi adalah jawaban atas semuanya.

Apa yang terjadi padaku dua hari yang lalu di lingkungan pekerjaan adalah sebuah konsekuensi yang harus aku terima dari apa yang aku lakukan dengan sangat terpaksa selama setahun belakangan. Jika seandainya saja aku punya pilihan, maka dengan pasti aku akan memilih pilihan itu.

Dalam pikiranku—entah menghibur diri sendiri atau bagaimana; antara keduanya—segala apapun yang terjadi padaku saat ini atau beberapa hari yang lalu atau waktu-waktu yang sudah-sudah aku anggap adalah sebuah cobaan hidup yang harus aku lalui. Rasa sakit, marah, kesal, dan kecewa sudah pasti ada, hanya saja aku sadar bahwa aku harus bisa membawa diri dengan baik. Bahkan, aku sampai sempat berpikir aku tidak ingin pulang ke rumah, hanya karena aku malu. Malu bukan karena apa, tapi lebih kepada malu karena aku tidak bisa membanggakan orang-orang di sekelilingku.

Aku hanya percaya bahwa Tuhan memberiku cobaan seperti ini dalam hidupku agar aku belajar dan bisa lebih bertanggungjawab dalam proses pendewasaan diri. Juga, percayalah bahwa ini adalah proses pengembangan diri—bahwa untuk menempati level selanjutnya dalam taraf hidupmu, maka kau harus merasakan yang namanya ujian yang teramat berat sampai-sampai kau merasa tidak bisa melaluinya. Terkadang, manusia harus terlebih dahulu merasa bahwa ‘hidup ini terlalu tidak adil padaku’ sampai-sampai kau nyaris merasa putus asa dan merasa bahwa hidupmu tak lagi ada gunanya. But, I’m not. Aku telah terlatih untuk berada di posisi ini terlalu lama, sehingga ketika aku merasa bahwa hidupku sama sekali tidak berguna, lantas mengapa Tuhan seolah tetap memberiku ‘hadiah-hadiah’ kecil untuk membesarkan hatiku?—membesarkan nyaliku?

Aku hanya berusaha menghibur diri, siapapun yang mungkin jadi diriku tidak akan sanggup melalui seperti apa yang aku rasakan. Itu saja. Pun, di saat ketika beberapa dari sebagian orang sekilas terdengar seperti mencibir dan membanggakan pencapaiannya, aku berusaha bersikap wajar. Bahwasanya, aku menghargai setiap ujian yang datang padaku dengan lapang dan ikhlas. Mungkin suatu saat ketika semuanya sudah berada dalam titik tertinggi, maka :

Tuhan akan menggantikan segala apapun yang telah hilang dengan balasan seribu kali lebih besar dari apa yang pernah aku bayangkan.

My Mind


Juga, apa yang telah tersirat dalam sebuah doa tentang sebuah kesabaran dan keikhlasan :

Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah akan kekal. Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Surah An Nahl ayat 96

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Please, do not copy!!