
Cahaya itu Bernama M-448

Pada dasarnya, setiap manusia itu hidup bermasyarakat dan bersosialisasi. Mungkin memang tidak semua. Ada kalanya, mereka tidak ingin siapapun mengusik kehidupan pribadinya. Namun, tak selamanya manusia bisa hidup menyendiri, tanpa teman, dan pendamping. Exactly! Bagaimana mungkin kau bisa hidup seorang diri jika Tuhan saja menciptakanmu sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya? Non sense, right?
Begitu pun denganku. Awalnya, aku berpikir jika hidup menyendiri itu menyenangkan; tanpa ada siapapun yang akan menggangguku. Apapun yang aku lakukan, apapun yang aku inginkan, apapun yang aku pikirkan, atau apapun yang ingin kucapai dalam hidupku, mereka takkan pernah memedulikanku. Kesannya aku egois? No! Ini realita. Sekilas memang terlihat santai, menyenangkan, hidup tanpa beban, bebas, tidak terikat, dan masih banyak lagi istilah-istilah yang ada kaitannya dengan kebebasan diri atau independensi.

Tapi, lihat saja, mereka yang jarang sekali bersosialisasi akan selalu merasa “kurang”, dalam artian hidup yang mereka rasakan seolah terkurung dalam sangkar emas. Tampak luar mereka bebas, namun jauh dalam diri mereka merasa sepi–bahkan, lebih sepi dibanding pekuburan sekali pun. Memiliki seorang kekasih bagi siapapun orangnya adalah sesuatu yang sungguh didambakan, meski tak semua wanita berpikiran sepertiku. Lantas jika sang kekasih itu meninggalkanmu, apa yang akan kau lakukan? Mengurung diri seharian di kamar?–(tidak makan dan tidak minum? Memangnya bulan puasa?). Itu bukan jalan keluar, Kawan. Cobalah membuka diri pada dunia luar. Ketika sang kekasih meninggalkanmu, betapa pun kau sangat mencintai dan menginginkannya, it’s not your end. Masih banyak yang bisa kau lakukan selain meratapi nasib. Ya, kan?

Satu-satunya hal yang bisa ku lakukan ketika kekasihku meninggalkanku adalah aku mencari hiburan dengan caraku sendiri. Aku pun lantas bergabung dengan sebuah klub motor yang saat itu secara tidak sengaja aku menemukannya di sebuah website pencarian. Sebuah klub bernama Yamaha M3 Club Indonesia yang telah membuatku merasa seperti di rumah sendiri. Aku merasakan sesuatu yang belum pernah ku rasakan sebelumnya. Aku merasa dihargai, diperlakukan dengan sangat baik, dimanjakan (karena di klub itu hanya aku satu-satunya anggota wanita, karena kesemuanya laki-laki), dan masih banyak lagi.

Awalnya aku tidak tahu bagaimana cara bergabung. Namun, aku lantas diarahkan untuk menghubungi salah satu contact person yang tertera di website, sesuai dengan chapter-nya masing-masing. Chapter adalah istilah untuk setiap domisili dimana anggota itu berasal sesuai dengan KTP tempat tinggal mereka. Sedangkan aku berdomisili di Sidoarjo, karena KTP-ku adalah KTP Sidoarjo, maka aku harus menghubungi contact person chapter Sidoarjo. Malam itu sekitar pukul 7, aku ingin segera bergabung, namun aku tidak menyadari bahwa aku belum membayar tagihan KartuHALO milikku yang sudah jatuh tempo. Astagaaa, kenapa bisa terlupa? Sedangkan saat itu sudah malam, dan aku tidak mungkin membayarkan melalui gerai Telkomsel karena sudah pasti tidak dilayani karena sudah lewat jam kerja.

Tapi, aku pun teringat bahwa aku masih memiliki saldo TCASH. Untung saja aku selalu menyediakan saldo di TCASH milikku, sehingga aku pun tak perlu repot-repot ke gerai Telkomsel atau sekedar cari ATM. Cara pemakaian TCASH pun sangat mudah. Cuma 2 kali klik, semua terselesaikan dengan baik. Lantas, aku pun langsung bisa menghubungi leader club chapter Sidoarjo untuk menanyakan tata cara bergabung. LC atau Leader Club chapter Sidoarjo mengatakan bahwa aku harus membayar biaya pendaftaran untuk keanggotaan baru. Biaya keanggotaan kala itu sekitar Rp. 75.000,00 dan si leader mengatakan bahwa aku harus mengirimkan biaya pendaftarannya melalui TCASH, dikarenakan mereka tidak boleh menggunakan rekening pribadi untuk kepentingan umum, dan lagipula provider yang mereka gunakan kebetulan juga Telkomsel. Lagi-lagi aku kembali dimudahkan dengan adanya TCASH.
Ok, proses pendaftaran selesai, dan si leader club mengatakan bahwa aku harus menunggu sekitar tiga hari baru aku bisa terdaftar sebagai anggota tetap. Dan, benar saja, setelah tiga hari kemudian, aku dikirimkan link ke email, bahwa aku sudah terdaftar sebagai anggota Yamaha M3 Club Indonesia. Weww!!! It’s so amazing!! Kalian bisa lihat nama dan fotoku terpampang dengan sangat indahnya disana!!! Sotyasari Dhanisworo dengan nomor NRA M-448. Cahaya baru buatku–cahaya untuk hidup gelapku, sungguh. Subhanallah, Heheee…!! 😍

Menjadi anggota YM3CI, kependekan dari Yamaha M3 Club Indonesia, adalah suatu prestige tersendiri bagiku. Terkadang mereka mengadakan acara-acara yang belum pernah aku rasakan sebelumnya di klub-klub terdahulu yang pernah aku ikuti. Mereka memberinya istilah Tourjibnas (Touring Wajib Nasional). Acara ini adalah acara wisata bersama seluruh member untuk mempererat persaudaraan. Selain itu juga ada acara bakti sosial yang bertujuan untuk membantu masyarakat guna mempererat kekerabatan terhadap orang lain. Dan, yang paling familiar bagiku adalah acara kopdar, dimana acara ini adalah acara untuk sekedar kumpul untuk mempererat keakraban dalam satu chapter.
Disana, di chapter Sidoarjo tempatku bergabung, aku mengenal baik dengan LC (Leader Club), Wakil, Humas, hingga Bendahara. Ada satu nama yang sejak awal telah membuatku merasa nyaman tergabung di club ini; Tri Putra Septiyan. Dia menjabat sebagai Humas YM3CI untuk chapter Sidoarjo dan Surabaya. Awalnya aku tidak tahu kalau dia adalah Bapak Humas. Hanya ketika sudah terlibat percakapan serius, dia pun memperkenalkan dirinya bahwa dia adalah Bapak Humas.
Aku tidak peduli apa jabatan dia. Yang aku tahu bahwa sejak pertamakali aku mengenalnya hingga kini–yang sudah sekitar satu tahun lebih aku menjalin kasih dengannya–aku merasa bahwa dia adalah sosok kekasih terbaik yang pernah aku miliki dalam hidupku, yang bisa menjadi panutan, serta memberiku semangat dalam menjalani hari-hariku.
Telah banyak yang terjadi selama setahun perjalanan kisahku dan Tri Putra. Dia telah banyak memberiku semangat, baik dalam bentuk spirituil maupun materiil. Entah apa jadinya aku jika tidak ada dirinya yang menyelamatkanku dari percobaanku mengakhiri hidupku beberapa tahun yang lalu.
Sekali waktu, ketika aku sedang berada di perjalanan, kekasihku mengirimiku pesan singkat melalui aplikasi whatsapp, yang mengatakan bahwa motor satu-satunya sedang dalam keadaan tidak baik. Saat kutanyakan ada apa, kekasihku mengatakan bahwa motor itu sudah masuk bengkel dan ia sedang tidak membawa dana cash yang cukup. Oh Tuhan, dalam hati aku berpikir bahwa inilah giliranku untuk membantunya.
Di tengah perjalanan itu, aku sedikit bingung. Sebenarnya bisa saja aku menggunakan ATM untuk mentransfer dana, namun kupikir akan terlalu lama dan tidak praktis. Belum lagi jika mesin ATM sedang trouble dan dana bisa saja hilang. Oh tidak!! Maka aku putuskan aku menggunakan TCASH yang aku miliki untuk mentransfer sejumlah dana untuk kekasihku.
Sungguh besar peranan TCASH bagi alur kehidupanku; terutama bagiku dan bagi kekasihku; Tri Putra. Selain itu, juga sangat praktis dibawa kemana pun, karena TCASH memiliki banyak kerjasama dengan outlet-outlet penting yang sering kita gunakan untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari, dan tentunya tanpa ada kata ribet atau bertele-tele. Dan, aku yakin, ke depan aku akan terus menggunakan peranan TCASH untuk kebutuhan rutin club yang tengah aku ikuti, dalam kesuksesannya mengemban tugas mulianya di masyarakat sekitar, ke pelosok daerah, hingga kota-kota besar lainnya yang mungkin belum terjangkau. Karena TCASH ini akan selalu buat kamu dan semua. Terima Kasih TCASH!!


2 Komentar
April Sants
Anak club motor nih mbak.. Keren
SOTYASARI DHANISWORO
Hehe iyaahhh… 🙂