
Hidup Layaknya Roller-Coaster
Semacam pengharapan berlebih; pernah sekali waktu aku berharap (dan sedikit berandai) malaikat turun menghampiriku dan memberiku satu permintaan. Aku akan meminta padanya, aku diijinkan kembali ke masa lalu; ke sebuah masa dimana semua titik asal mula permasalahanku sekarang berawal. Memang terdengar mustahil, tapi jika diijinkan, aku ingin memperbaiki segalanya agar semua kembali seperti sediakala. Seperti sebagaimana hidupku seharusnya berjalan. Ini mungkin teguran dan sentilan keras yang diberikan Tuhan padaku, karena aku kurang bersyukur atas apa yang sudah aku dapatkan; atas apa yang sudah aku miliki. Tanpa sadar, aku seperti merasa bahwa gaji yang ku dapatkan setiap bulan selalu mengalami defisit.
Mungkin memang benar bahwa ada suatu hadits Nabi yang berkata,
Rejeki yang diturunkan Allah selalu pasti akan cukup untuk hidup, tapi tidak akan cukup untuk gaya hidup.
— SOMEONE —
Itulah yang terjadi padaku, pada awalnya. Aku terlalu boros, dan tidak cermat dalam mengelola keuanganku sendiri. Aku lantas mengikuti program multilevel marketing yang diadakan oleh Oriflame. Program mereka sebenarnya jelas dan bagus dari segi pangsa pasar. Namun, kemampuanku memasarkan barang mungkin kurang dan tidak bisa menghasilkan profit. Lantaran aku mengejar jenjang karir yang mereka tawarkan dan bonus jika berhasil menjual produk mereka dengan margin yang sudah ditentukan, aku pun membeli sendiri barang yang ku jual dengan uang pribadiku.
Awalnya berhasil, meski agak terseok. Dan, ku lanjutkan di bulan berikutnya. Disini mulai terlihat, keuanganku agak sedikit goyah. Kebutuhan anak-anakku dan aku sendiri mulai terbengkalai.

Ketika kantorku kedatangan beberapa karyawan dari Bank CIMB Niaga yang menawarkan program KTA (Kredit Tanpa Agunan) mereka menawariku program itu, dan aku tertarik. Aku kembali berpikir, bagaimana jika aku menaikkan profit selling point-ku di Oriflame dan mengejar manager 3% tanpa harus menjual, dengan uang itu. Ohh, dan di sinilah akar permasalahan itu muncul. Rupanya aku salah perhitungan dengan kondisi keuanganku sendiri. Sementara aku memiliki beberapa polis asuransi yang premi-nya wajib dibayar di setiap bulannya.
Ketika tiba waktunya aku membayar semua cicilanku, saat itulah aku sadar bahwa keuanganku minus. Bahkan, yang awalnya aku masih bisa menabung, saat itu semuanya ludes teralokasi pada yang namanya cicilan dan bisa dibilang hutang. Disaat aku bingung, saat itulah aku mulai menimbun hutang, dan hingga detik ini aku masih belum bisa keluar dari kubangan hutang ini. Entah bagaimana caranya aku bisa menyelamatkan diri dan hidupku. Aku seperti orang bingung dan linglung. Rasanya hidup sudah tidak ada artinya lagi.
Belum selesai masalah ini, di awal tahun 2018 masalah kembali datang padaku. Secara tidak sengaja aku tergiur oleh iming-iming KTA lagi, namun kali ini berasal dari Bank Mandiri dengan tajuk KTA program Bank Mandiri (yang katanya program terbaru). Mereka menawarkan pinjaman sebesar Rp. 30.000.000,00 dengan 5 tahun cicilan. Lalu, aku pun menyetujuinya. Aku diminta mengirimkan data-data dan data pekerjaan.
Dari sinilah permasalahan mulai bermunculan. Awalnya modus mereka biasa saja, seperti meminta data sebagai proses verifikasi, seperti KTP atau SIM. Lama kelamaan mereka mulai meminta dikirimkan sejumlah uang–yang katanya sebagai biaya administrasi dan aktivasi PIN (entah PIN apa).
Awalnya mereka meminta Rp. 500.000,00 sebagai aktivasi PIN. Kemudian, setelah aku menyetujui untuk mentransfer uang itu, mereka mengatakan akan segera mentransfer dana pinjaman yang aku minta dalam hitungan menit. Baiklah, aku menunggu. Namun, setelah beberapa menit yang mereka janjikan mereka mengatakan bahwa ada sedikit masalah dikarenakan aku belum memenuhi kriteria untuk pencairan dana. Dan, mereka mengatakan bahwa aku harus mentransfer sejumlah uang lagi untuk membuka blokir ini. Untuk kali kedua, aku masih percaya dan aku memenuhi permintaan mereka dengan mentransfer uang sejumlah Rp. 750.000,00 ke rekening yang mereka tentukan. Dari sini, aku masih belum sadar bahwa aku telah masuk jebakan mereka.
Berikutnya, mereka mengatakan bahwa akunku telah dibuka, dan siap untuk mencairkan dana KTA yang aku minta. Kembali aku dipersulit. Anehnya, mereka tidak meminta data tambahan dariku, seperti yang dilakukan bank lain ketika mereka menawarkan KTA yang memang benar-benar KTA. Untuk ini, aku kembali diminta untuk mentransfer kembali sejumlah dana sebagai proses pencairan cepat dalam hitungan menit. Aku diminta untuk mentransfer Rp. 1,500.000.00 sebagai proses pencairan cepat. Karena, jika aku tidak menyetujuinya, maka dana KTA yang aku minta akan diproses normal selama 14 hari kerja. Dan, lagi-lagi aku percaya. Maka, aku pun mentransfer dana yang mereka minta dari rekening BNI ke rekening yang mereka tentukan.
Setelah aku mentransfer dan mengirimkan bukti transfer, mereka menolak dengan mengatakan bahwa rekening yang aku pakai untuk mentransfer bukan dari rekening CIMB Niaga yang telah aku daftarkan sebelumnya. Padahal sejatinya aku memang memiliki banyak rekening dari beberapa bank yang kesemuanya atas namaku pribadi. Seharusnya tidak ada masalah. Tapi pada kenyataannya mereka malah mempermasalahkan hal kecil itu, dengan alasan jika bukan dari rekening CIMB Niaga, maka mereka tidak akan bisa melacak pergerakan keluar masuknya transfer dana yang aku lakukan. Padahal logikanya, sejak awal aku melakukan transfer ke rekening mereka, aku melakukannya melalui BCA, dan mereka tidak mempermasalahkannya. Ini sudah mulai tidak masuk akal.
Namun, lagi-lagi aku masih memercayainya. Aku mengalah dan aku melakukan transfer ulang sejumlah Rp. 1.500.000,00 tadi melalui rekening CIMB Niaga ke rekening yang mereka tentukan. Setelah aku mengirimkan bukti transfer, mereka mengatakan bahwa aku diminta untuk menunggu sekitar 1 jam untuk pencairan dana KTA yang aku minta.
Logikanya, jika aku mengajukan dana KTA, aku sangat terdesak dan aku sangat membutuhkan dana untuk keperluan, dan logikanya aku tidak memiliki dana untuk melakukan transfer apapun. Sore itu pukul 17:00 WIB, dan setelah sepulang kantor aku menunggu 1 jam seperti yang mereka minta untuk pencairan dana KTA yang aku minta. Namun, lagi-lagi aku kembali dipersulit, dan aku diharuskan untuk mentransfer lagi dana untuk aktivasi rekening sejumlah Rp. 750.000,00 sebelum nanti akhirnya dana ini akan dikembalikan bersamaan dengan pencairan dana KTA milikku. Aku bingung, sementara uang di ATM-ku sudah menipis.
Malam itu terpaksa aku ke rumah teman kerjaku untuk meminjam dana yang mereka minta, dengan harapan ketika nanti dana KTA ini cair aku akan segera mengembalikannya. Untungnya temanku sangat baik dan mau meminjamkan uangnya untukku, padahal kakak kandungnya di hari yang sama itu juga bermaksud meminjam uang padanya. Tapi, ia memprioritaskan aku. Bahkan, ia memercayakan kartu ATM-nya untuk ku bawa ke mesin ATM terdekat untuk kuambil uangnya. Ia memintaku sekalian mengambilkan untuknya sejumlah uang di ATM-nya, dan sisanya Rp. 750.000.00 boleh ku bawa. Aku menyetujuinya, dan segera mengembalikan kartu ATM-nya beserta uang yang temanku tadi minta.
Setelah aku mentransfer sejumlah uang ke pihak KTA tadi, aku pun segera mengirimkan bukti transfernya. Kemudian, mereka mengatakan aku harus menunggu sekitar 3 hari kemudian untuk proses pencairan. Padahal, sebelumnya mereka mengatakan akan memproses pencairan cepat hanya dalam 1 jam, namun mengapa aku masih bodoh dengan memercayai gelagat aneh ini? Oh Tuhan!
Tiga hari yang dijanjikan telah tiba, dan aku pun menagih janji mereka. Dan lagi-lagi mereka mencari-cari alasan. Alasan kali ini, karena aku belum melunasi biaya wajib bagi anggota baru. Aku mulai tidak sabar dengan alasan-alasan tidak masuk akal mereka. Aku mengatakan bahwa uangku sudah habis mereka kuras!! Dan, mereka masih minta uang lagi. Tapi, mereka berdalih bahwa dana-dana itu nantinya akan mereka gabungkan ke jumlah pencairan dana KTA Rp. 30.000.000,00 yang aku minta tadi.
Lagi-lagi aku menyanggupi untuk membayar dana itu setelah aku menerima gaji bulanan dari kantor. Di sinilah puncaknya aku mulai sadar bahwa ini mungkin penipuan, namun aku masih memercayainya. Dan, benar saja, saat gaji bulanan aku ditransfer, mereka mulai menanyakan apakah aku bisa mentransfer biaya keanggotaan tadi. Aku menyanggupi. Tapi, kali ini mereka menanyakan berapa saldo yang ada di ATM-ku. Dan dengan bodohnya, kenapa aku harus jujur?!
Aku mengatakan bahwa saldo di ATM-ku ada sisa Rp. 2.900.000,00. Lantas, dengan sigap mereka memintaku untuk mentransfer semua saldo di ATM-ku dengan dalih jika nanti dana pencairan KTA tadi cair, maka aku bisa melihat penambahannya di ATM-ku, karena mereka berjanji akan mengembalikan semua dana yang selama ini sudah ku transfer ke rekening mereka.
Serius, aku seolah di hipnotis dan tidak sadar bahwa aku telah terkena penipuan dengan total kerugian sebesar Rp. 7.150.000,00!!!!
Setelah semua saldoku terkuras habis, maka habis pula kesabaranku. Saldo di ATM-ku hanya tersisa Rp. 250.000,00 karena jumlah ini tadinya adalah tabunganku di rekening bank lain yang ku simpan secara terpisah dari ATM penggajian tadi. Aku terduduk lemas dan menyadari kebodohanku selama ini yang terus mengikuti permainan kotor seorang penipu yang berkedok KTA dengan mentransfer sejumlah uang. Walaupun aku marah, kesal, dan ingin teriak, namun tak kan ada yang mendengar. Aku berusaha menelepon mereka, namun nomor mereka tidak aktif. Aku pun mengontak pin BBM mereka, tapi pin ini masih aktif.
Aku meminta pertanggungjawaban mereka atas hilangnya uangku secara keseluruhan. Mereka masih berdalih bahwa ini masih dalam proses! Proses apa lagi!? Uangku sudah habis ludes semua, tapi dana KTA yang ku ajukan tidak ada titik jelasnya! Kemudian, wanita yang mengaku admin itu menjawab BBM-ku dan mengatakan bahwa pihak pimpinan mereka akan meneleponku secara personal untuk pencairannya.
Untuk terakhir kalinya, baiklah aku tunggu janji mereka.
Sekitar pukul 19:00 WIB malam itu, saat aku bersedih dan menangis di bahu kekasihku yang berusaha menguatkanku, seseorang yang mengaku pimpinan itu meneleponku. Namun, setelah pembicaraan yang berlangsung, pria itu memintaku mentransfer LAGI sejumlah uang untuk proses final KTA atas namaku sebesar Rp. 4.500.000,00!!!
OH TUHAN!! TIDAK LAGI!!!
Cukup sampai disini!! Dan, aku tidak akan lagi meladeni mereka. Meski, mereka terus meneleponku, rasanya aku sudah tidak memiliki harapan lagi untuk hidup. Semuanya serasa seperti telah berakhir dan tidak ada artinya lagi. Aku tidak memiliki apa-apa. Gaji bulananku ludes di tangan mereka!!!! Satu-satunya yang ada di pikiranku, bagaimana aku membayar SPP bulanan anak-anakku?? Tuhan.
Aku nyaris tidak memikirkan tagihan-tagihan yang kerap meneleponku, menagih pembayaran bulananku yang tidak bisa ku bayarkan. Aku juga nyaris tidak memikirkan biaya kebutuhanku sendiri, bagaimana caraku ke kantor, biaya operasional, dan lain-lainnya. Aku hanya memikirkan biaya bulanan anak-anakku, bagaimana nasib mereka?
Aku merasakan bahwa inilah titik jatuhku.
Hidupku hancur berkeping-keping. Semuanya kacau. Tahun terburuk bagiku.
Aku merasa hidup ini serasa tiada arti.
Namun, aku masih mencoba tersenyum demi anak-anak. Mereka masih membutuhkanku, meski aku hancur.
Dan,
Aku masih memiliki seseorang yang masih terus selalu menyemangatiku, mendukungku, serta tidak meninggalkanku disaat aku terjatuh seperti ini. Hancur seperti ini.
Yang masih selalu bersamaku disaat aku dikejar-kejar hutang yang hingga kini masih kerap menghantuiku.
Yang tidak meninggalkanku disaat aku seperti telah melibatkannya dalam lingkaran permasalahanku.
Terima Kasih untukmu, Kekasihku, Tri Putra Septiyan.
Kau seolah seperti malaikat pelindungku, yang selalu ada bersamaku, mendukungku dalam setiap langkah kakiku.
Tuhan, bantu aku menyelesaikan ini semua.
Bantu aku terlepas dari lingkaran setan ini. Amin.


2 Komentar
Mister Gandi
Semoga menjadi pembelajaran… Namaste
SOTYASARI DHANISWORO
Iyaa makasii Mas.
Namaste… 🙂