Activity,  blogging,  humanity,  Lifestyle

Depression

Bagaimana terjadinya sebuah depresi, tentunya setiap orang memiliki porsinya masing-masing. Aku tak pernah berpikir (dan seharusnya aku menyadari) bahwa separuh perjalanan hidupku hanya dipenuhi dengan hal-hal yang membuatku merasakan depresi, hanya saja frekuensinya tidak terlalu mengkhawatirkan. 

 
 
Aku…, terus terang saja aku bosan dengan ini semua. Rasanya aku sudah cukup mengalah dengan apapun yang disodorkan padaku, dan aku menerimanya dengan lapang dada. Kau tahu? Tak ada seorang pun yang bisa mempelajari apa arti kata ‘ikhlas’ dengan tingkat pemahaman yang benar-benar tepat. Pun, juga diriku. Aku masih dalam tahap belajar menerima semua ini dengan ikhlas. Aku berusaha memahami apa yang menjadi kewajibanku saat ini dengan sungguh-sungguh. Tapi, mengapa masih saja ada yang tidak suka dengan apa yang telah aku lakukan (yang berusaha aku lakukan dengan sebaik mungkin) dan mencela segala apa yang telah berusaha aku lakukan dengan (kupikir) nyaris tanpa cela? Apa aku melakukan kesalahan? Kupikir, kesalahan yang aku lakukan masih terbilang paling sedikit jika dibandingkan dengan kesalahan orang-orang lain di dalam satu garis yang sama denganku. But, (still) why me?! Rasanya kata pepatah ‘bicara memang mudah‘ itu benar adanya. Kau hanya bisa bicara tanpa pernah merasakan bagaimana susahnya menjadi ‘aku’.  
 
Tidakkah mereka memahami tentang apa yang disebut sebagai karakteristik manusia? Ini karakterku!—yang jelas berbeda dengan karakter orang lain—dan, aku akan tetap menjadi diriku sendiri! Tak ada siapapun atau apapun yang bisa mengubahku menjadi seperti orang lain. Kau tak bisa menyamakan karaketristik satu orang dengan orang lainnya dan lantas menjadikannya perbandingan. Untuk apa Tuhan menciptakan manusia dengan bermacam-macam karakteristik yang berbeda-beda? Ya, agar manusia itu menjadi majemuk dan berkarakter—dengan banyak perbedaan yang ada diantaranya!
 
Aku adalah aku! Dan, tak akan ada seorang pun yang bisa mengubahku, apalagi mempengaruhiku untuk bisa menjadi seperti orang lain. Aku takkan mengubah apapun, karena memang tak ada yang perlu diubah. Kalau orang lain saja bisa melakukan apa yang mereka mau tanpa ada cercaan, maka aku pun juga bisa. Karena, aku dan mereka sama-sama memiliki hak dan kewajiban yang sama. Toh, gaji yang aku dapatkan tak lebih besar dari mereka. So? Untuk apa aku harus bersusah payah memperbaiki diriku? Untuk apa juga aku harus merasakan depresi (yang kesekian kalinya) demi sesuatu yang tidak ada apa-apanya dan tidak sebanding? Aku cuma ingin menjadi diriku sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangan yang aku miliki—itu saja!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Please, do not copy!!