
Sempurna

Tak akan habis sebuah menit dan detik ketika seseorang membicarakan tentang sebuah kesempurnaan yang tiada pernah didapatkan satu alat ukur yang pasti. Manusia—meski dengan kelebihan apapun yang mungkin dimiliki—takkan pernah bisa melakukannya dengan benar-benar akurat. Karena memang sebuah kesempurnaan itu sendiri yang sifatnya universal. Begitu banyak versi yang mengatakan tentang sebuah kesempurnaan, yang selalu berbeda-beda jika kita menanyakannya kepada beberapa orang. Apa sih yang menyebabkan seseorang dikatakan sempurna? Jika cantik atau ganteng? Jika pandai? Jika mampu meraih gelar tertinggi hanya dalam hitungan menit? Jika, jika, dan jika. Dan, selalu ‘jika’ tanpa pernah ada yang ‘pasti’.
Kategori sempurna yang diinginkan manusia selalu akan berbeda, karena manusia itu sendiri adalah makhluk yang majemuk—bervariasi dan memiliki perbedaan tertentu. Mungkin kesempurnaan pada akhirnya akan berusaha disejajarkan dengan keberuntungan atau ‘faktor X’ yang membuat seseorang itu menjadi sempurna dan diselimuti oleh ribuan malaikat pembawa keberuntungan.
Tidak.
Kesempurnaan akan sangat berbeda dengan keberuntungan—jika tahu perbedaannya dimana. Kesempurnaan yang sedikitnya dimiliki oleh manusia biasanya sifatnya tetap atau permanen yang diberikan oleh Tuhan sejak manusia itu lahir. Sedangkan keberuntungan adalah salah satu faktor X yang sifatnya tidak tetap. Manusia akan mendapatkan keberuntungannya jika telah tiba saatnya. Dan, mungkin saja keberuntungan itu tidak akan selalu mendatangi manusia yang sama berkali-kali berturut-turut. Lebih mirip sebuah kesempatan, namun juga tidak bisa dikatakan kesempurnaan adalah sama dengan kesempatan yang langka. Never! Mereka sama sekali berbeda. Sebuah perbedaan yang saling melengkapi satu sama lain.
Kesempurnaan yang mutlak adalah hanya milik Tuhan semesta alam. Dan, tak ada satu pun manusia yang benar-benar sempurna menyerupai Tuhan. Itu salah besar! Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dilengkapi dengan berbagai kesempurnaan dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain a.k.a tumbuh-tumbuhan dan hewan. Karenanya, manusia tidak pantas menyombongkan dirinya sendiri. Apa yang mau disombongkan? Hidup saja manusia hanya meminjam Bumi sebagai tempat mereka berpijak, dan udara yang mereka pinjam dari Tuhan sebagai zat gas yang mereka butuhkan untuk hidup. Jadi, apa yang patut disombongkan dari sebuah kesempurnaan maya? Nothing.

