
Memposisikan Diri
Semua orang pasti menyadari betapa susah seseorang mau menerima kritik atau nasihat yang membangun namun menusuk ulu hati. Kau pikir berapa banyak yang bisa benar-benar lapang bisa menerimanya? Mungkin tak lebih banyak dari jumlah jari tangan dan kakimu. Kalaupun memang bisa menerima, pastinya ia telah belajar membiasakan diri menerima segala hal dan kemungkinan terburuk dalam kurun waktu yang cukup lama.
Kritik, saran, atau masukan, atau apapun lah namanya itu sekilas memang nampak seperti nasihat yang membangun agar ke depannya kita bisa menjadi lebih baik dari hari ini atau hari-hari sebelumnya, dan yang terpenting kita tidak akan mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama apabila kita memang melakukan sesuatu yang tidak benar. Kita seharusnya sadar akan siapa kita bagi orang lain. Bukan siapa-siapa. Hanya sesama manusia yang memiliki hak hidup dan kewajiban yang sama, yang juga sama-sama menginjakkan kaki di bumi nusantara.
Dengan kita menyadari segala sesuatunya, maka kita dengan sendirinya juga pasti dapat memahami keberadaan orang lain di sekitar kita. Aku pun demikian. Berapa kali aku selalu mengingatkan bahwa aku bukanlah sosok yang sempurna. Tidak di hadapan mereka, tidak pula di hadapan Tuhan. Siapa aku? Oh, just nothing!
Tapi, jangan sesekali melupakan tujuan kita hidup di dunia ini sebelum kita menginjakkan kaki di dunia lain. Karena, dengan sengaja atau tidak, manusia hidup pastinya memiliki tujuan yang hendak dicapainya…apapun itu. Kesadaran akan keberadaan kita sangatlah penting, namun fokus pada apa yang menjadi titik-titik sasaran tembak kita pun juga tak kalah penting. Hanya…belajar lah menjadi sosok individu yang lebih bisa mengendalikan diri dan paham pada apa yang terjadi di sekitar kita.

