Activity,  blogging,  hidup,  menulis,  Nature,  pengetahuan,  Real Story

Buruk Tak Selalu Buruk

Kalau membaca judul yang aku tulis, kira-kira apa yang pertamakali terlintas di pikiran kalian? Pasti banyak hal, kan? Salah satu yang aku pikirkan adalah kisah dongeng anak-anak ‘anak itik yang buruk rupa’. Anak itik itu selalu dikucilkan dan dijadikan bulan-bulanan oleh saudara-saudara dan teman-temannya lantaran bulunya yang berbeda dari itik-itik pada umumnya. Tapi, dibalik buruk rupanya itu tersimpan hati yang tulus.

Inti sebenarnya hanyalah pandangan seseorang yang sejatinya tak bisa diukur hanya dalam satu kedipan mata. Dunia ini terlalu luas dan ada banyak hal yang beberapa diantaranya terlihat sepele namun sarat makna.
 
Sekarang, kalau aku tanya, pernahkah juga kalian dengar istilah ‘don’t judge the book just from the cover‘? Sudah tidak asing, kan? Beberapa mungkin menjawab ‘ya’. Memang, kalau kita hanya menilai sebuah buku hanya dari penampakan sampul yang sempurna dan judul yang memukau, tetapi isi bukunya tak lebih bagus dari karangan dan khayalan penulis amatir ya untuk apa? Bandingkan kalau kita, misalkan saja, membeli buku yang penampakan sampul tidak begitu sempurna dan judul serta sinopsis cerita yang sekilas nampak biasa, akan tetapi isi bukunya mampu menarik lidah kita untuk berkata ‘wow! buku ini hebat!’

See? Artinya apa? Bahwa memang kita tidak seharusnya menilai seseorang hanya dari tampak luarnya saja, tapi apa yang tersimpan dalam hatinya. Terkadang penampakan luar yang biasa-biasa saja, namun dari dalam mampu memancarkan cahaya kedamaian yang menyejukkan sukma. Dan, itu tidak bisa kita dapatkan dengan mudah. Semua orang pasti ingin mendapatkan predikat baik di mata orang lain. Tapi, berapa banyak diantara orang-orang yang kau kenal menganggapmu baik juga? Pasti tak lebih banyak dari jumlah keseluruhan jarimu. Orang selalu berpandangan negatif terhadap orang lain yang ada di sekitarnya, terlebih jika kedua orang itu tak saling mengenal kepribadian masing-masing. Pada akhirnya hanya akan menuai cemoohan. Itu adalah tipikal manusia pada dasarnya, dan tak ada yang bisa memungkirinya.

Kau tahu? Dunia ini penuh dengan manusia-manusia ‘jahat’ dan sarat ketidakadilan. Persentasenya dengan mereka-mereka yang berhati emas tak lebih besar dari seujung kuku jarimu. Sungguh kecil diantara miliaran masyarakat penghuni Bumi.

Karenanya, bersyukurlah jika kau telah menemukan malaikat berhati emas yang jika bersamanya kau merasa damai dan tenang. Setidaknya malaikat yang mampu melindungimu dari terpaan dan pengaruh-pengaruh buruk. Suatu ‘hadiah’ kecil dari Tuhan yang jika kau pandai mensyukurinya, Tuhan akan memberimu lebih dan lebih lagi.

8 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Please, do not copy!!