
Airmata Yang Terbayarkan
Tak ada yang lebih membahagiakan selain menggantikan airmata dengan senyuman. Bukan nilai airmata yang menjadi sorotanku, tapi ‘perjalanan’ airmata itu sendiri sehingga bisa menjadi airmata kebahagiaan atau ‘airmata yang terbayarkan’.
Jika bukan karena cinta yang seolah seperti sudah mendarah-daging, dan karena aku manusia yang masih ber-Tuhan, tulisan ini mungkin takkan tersurat dengan kesepuluh jariku hari ini. Dan, aku mungkin takkan lagi menghirup udara serta menginjakkan kakiku lagi di muka bumi ini. Tapi, tidak. Cinta yang bersemayam di hatiku lebih kuat dari itu semua. Cinta yang membuatku bertahan, meski sebelah kakiku seolah tak lagi menapak tanah.
Dan, seolah terbangun dari rentetan panjang mimpi buruk dan black-hole yang siap menelanku hidup-hidup, aku merasakan tubuhku begitu ringan dan tak ada lagi beban yang kurasakan. ‘Sihir’ itu benar-benar bekerja. Aku masih hidup.
Airmata yang kuteteskan bukan tidak memiliki makna. Nyatanya, airmata kesedihan itu menjelma menjadi airmata kebahagiaan yang benar-benar memiliki makna yang berbeda. Menyapukan keseluruhan duka dalam palung hati dan membersihkan sukma, menjadikanku sosok yang nyaris sempurna. Aku menyebutnya sebagai ‘Keajaiban Cinta’.
“G, kau adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan atas setiap doa yang kupanjatkan. Kau adalah ‘hadiah’ yang diberikan Tuhan atas permohonan dalam setiap tetes airmataku. Terima kasih, Tuhan.”

4 Komentar
Penghuni 60
hmmm, siapakah 'G'?
penasaran aku…
SOTYASARI DHANISWORO
Hihi… coba deh scroll ke post-post aku yang ada nuansa Bali-nya,
pasti ketemu.. 🙂
Meilina Utomo
Love your inspiring blog 🙂
xoxo
http://singingthumbelina.blogspot.com
SOTYASARI DHANISWORO
Thanks Meilina.