Activity,  cerita fiksi,  menulis

Lilin itu Bak Genta di Malam Hari

Sesuatu berpendar di salah satu sudut ruangan yang gelap dan nyaris tak ada tanda-tanda kehidupan. Tapi, tidak, ada seseorang yang terus menatap sebuah nyala api kuning yang bergoyang-goyang disana. Ia tidak mati, tidak juga hidup. Matanya nanar menatap benda kecil panjang bersinar itu. Sebuah lilin kecil.

 
Tak ada yang tahu apa yang dilakukannya dengan lilin kecil dengan nyala yang tak begitu terang itu. Namun, satu yang dapat disimpulkan tatkala seseorang melihat jauh di kedalaman matanya. Sebuah harapan. Semua orang di sekelilingnya bisa memahami mengapa hanya lilin itu satu-satunya teman baginya ketika malam tiba. Ruangan gelap tempatnya disekap tak bisa memberikan kebahagiaan apa-apa baginya. Ia seperti burung dalam sangkar emas. Walau tak ada apapun yang tak bisa dimilikinya, tapi tidak dengan hati kecilnya. Banyak yang ingin diraihnya dalam hidupnya. 
 
Sesekali matanya memerah ketika ia terus menatap lilin kecil itu. Bukan karena apa-apa, tapi ia ingin menangis. Andai saja lilin itu merasakan seperti apa yang dirasakannya. Tapi, tak apa. Mungkin suatu saat nanti, ia bisa menjadi seseorang yang lebih baik dari ini. Mereka yang tidak tahu siapa dirinya yang sesungguhnya akan segera mengetahuinya cepat atau lambat.
 
Untuk sementara ini biarkanlah lilin kecil ini yang menemaninya saat malam dan meneranginya ketika ia harus menuliskan kisah pilunya di atas kertas putih dengan tinta hitam, agar mereka dapat mengenangnya ketika ia tiada nanti. Agar manusia-manusia di luar sana dapat menjadikan kisahnya sebagai pelajaran berharga yang tak dapat dibeli dengan apapun. Dan, lilin itu, lilin yang menjadi genta di malam hari, lilin yang seolah berdentang silih berganti dalam relung hatinya memecah kesunyian yang selama ini dirasakannya membuatnya merasakan kehidupan dan tidak hidup tapi seperti mati.

2 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Please, do not copy!!